Dahulukan Mana, Ilmu atau Adab?

ilmu atau adab
Ilmu atau adab?

Ilmu dan adab adalah dua hal berbeda tetapi ada bagian yang saling berhubungan. Ilmu umumnya lebih menitik beratkan pada cara berfikir dan rasionalis sementara adab lebih pada moral dan akhlak. Lalu, jika ditanya prioritas mana ilmu atau adab? 

Memiliki ilmu tentu merupakan capaian yang baik. Seseorang yang memiliki ilmu biasanya ia mengetahui banyak hal pada bidang tertentu sesuai yang ditekuni.

Sementara itu, orang yang beradab akan senantiasa menjaga sikap yang baik dan tentunya berakhlakul karimah. Salah satu bukti seseorang memiliki adab adalah ia akan menahan diri dari sifat maupun sikap tercela seperti berkata kotor, iri hati, dengki, dan suka mem-bully.  

Menghormati orang yang lebih tua juga menjadi acuan bahwa seseorang telah mendapatkan pendidikan karakter yang baik pula. Lalu, prioritas yang mana diantara keduanya?

Ilmu dan adab merupakan kompetensi diri yang standarnya harus tercapai, dalam arti keduanya sama-sama tercapai sehingga tidak bisa memilih antara keduanya. Antara adab dan ilmu harus sama-sama dimiliki.  

Namun, bagaimana jika datang pertanyaan, adab atau ilmu? Sikap, perilaku, maupun adab yang sering lebih diprioritaskan lebih dulu dari pada ilmu. Hal tersebut berdasarkan beberapa pendapat ulama. 
Imam Malik pernah berkata kepada salah seorang pemuda Quraisy tentang pentingnya mendahulukan adab sebelum mempelajari ilmu.

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Seperti yang dilansir pada laman alazharasysyarifsumut.sch.id, Sabtu (13/4), menjelaskan salah seorang alim yaitu Yusuf bin Al Husain mengatakan, “Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu”.

Selain itu, ada kata bijak berbunyi, “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu”. Hal itu tersirat bahwa tidak akan berarti banyak jika berilmu tanpa diiringi dan dihiasi dengan adab atau sikap yang baik.

Perintah untuk bersikap baik ada di dalam Alqur’an dan hadist. Dalam hadist Shahih Bukhari, terdapat hadist yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW diutus kepada ummatnya tidak hanya sekedar membawa ajaran agama saja, melainkan adalah untuk menyempurnakan akhlaq.
  
Di era pendidikan jaman sekarang, ilmu pengetahuan tidaklah nomer satu untuk dicapai masing-masing siswa. Pendidikan karakter menjadi salah satu cara agar karakter yang ada pada diri peserta didik terus diberdayakan dan pada akhirnya menjadi individu yang bermanfaat bagi diri masing-masing dan orang lain. 

Maka tidak heran, di berbagai negara di dunia, anak-anak yang masih usia dini, baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah, mereka dididik agar bersikap baik, patuh terhadap peraturan, saling menghormati, dan sopan santun terhadap sesama termasuk peduli dan menyayangi lingkungan.

Merujuk pada pertanyaan, “Prioritas mana, ilmu atau sikap yang didahulukan?” Penulis ingin memberikan jawaban bahwa sikap atau adab adalah yang didahulukan. Sebab, di atas ilmu itu adalah adab atau pun perilaku yang baik-baik.

Dalam satu kasus, guru adalah tetaplah guru. Meski yang notabene sekarang murid jauh lebih alim dan berwawasan luas, maka tetaplah seorang murid harus menghormati gurunya. Pun orang tua, apa lagi orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. 

Pembelajaran Bertajuk Soerabaia Tempoe Dulu

Soerabaia Tempoe Dulu
Pembelajaran Bertajuk Soerabaia Tempoe Dulu

Siswa kelas 4 Bugis, Minang, dan Jawa melaksanakan kegiatan outdoor learning di Kantor Pos Lama dan Tugu Pahlawan Kota Surabaya. Oudoor kali ini bertajuk “Soerabaia Tempoe Dulu”, Rabu (21/2/2024).

Segenap siswa dan guru pendamping, berangkat dari sekolah bersama-sama. Dengan penuh semangat dan ceria, siswa siap belajar dan mendapatkan wawasan serta pengalaman seru. 

Pada kegiatan outdoor kali ini, ada lebih dari satu lokasi yang dikunjungi seperti pribahasa ‘Sekali Mendayung Dua Tiga Pulau Terlampaui”. Adapun lokasi yang dituju yaitu sejumlah jalan bersejarah, Kantor Pos Lama dan Tugu Pahlawan Surabaya. 

Adapun rangkaian kegiatannya, siswa diajak berkeliling ke jalan-jalan yang terdapat gedung-gedung tua peninggalan Belanda dan Cina seperti Jalan Karet, Jalan Gula, dan Jembatan Merah. 

Selanjutnya siswa mendapatkan pengalaman praktik mengirim surat di kantor pos lama yang diawali dengan cara menempelkan perangko hingga cara memasukkan ke bis surat. Kegiatan paling unik pada kegiatan ini adalah ketika siswa berkirim surat dengan menggunakan perangko foto wajah sendiri. 

Selanjutnya, siswa belajar sejarah di Tugu Pahlawan dan Museum 10 Nopember. Disana anak-anak melihat benda-benda bersejarah seperti alat perang, diorama, dan terakhir ditutup dengan melihat film dokumenter perjuangan Arek-Arek Suroboyo.  

Harapan dari kegiatan tersebut adalah siswa dapat mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Kota Surabaya, membandingkan kehidupan masyarakat zaman dahulu dengan zaman sekarang terutama dalam hal berkirim pesan.

Terdapat banyak nilai positif yang bisa didapatkan segenap siswa. Mereka mempelajari perkembangan kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu, menumbuhkan rasa peduli terhadap cagar-cagar budaya di kota Surabaya, dan memiliki rasa bangga terhadap bangsa dan negara Indonesia.

Sehingga pada akhirnya siswa mampu mengimplementasikan sikap-sikap positif tersebut, terutama yang telah dicontohkan oleh para pejuang kemerdekaan terdahulu dalam kehidupan sehari-hari.