Jembatan Kayu Gantung Taman Prestasi

Jembatan Kayu Taman Prestasi
Jembatan Kayu Gantung Taman Prestasi (17/5).

Mengamati suatu obyek wisata, tentu masing-masing orang memiliki penilaian. Ntah itu penilaian baik, buruk, maupun takjub. Jika lingkungan tersebut baik pasti penilaiannya baik dan begitu sebaliknya. Terkait adanya obyek wisata yang tidak beroperasi, kali ini tangteks akan membahasnya. 

Di tengah-tengah pemandangan yang asri di taman prestasi kota Surabaya, terdapat sebuah pemandangan unik berupa sungai Mas. Lokasi sangat berdekatan bahkan terbilang taman prestasi tersebut berada di bantaran sungai. 

Di pertengahan taman yang tak jauh dari monumen pesawat bernamakan pesawat tempur Bomber B-26 intruder M-265, terdapat jembatan kayu lama yang sudah tak beroperasi atau pun sudah tidak difungsikan. Bahkan ada peringatan tidak boleh melintasi jembatan. 

Kondisi jembatan yang terkunci, ditambah kondisi jembatan yang memprihatinkan itu membuat jembatan ini tidak terjamah para wisatawan yang berkunjung. 

Meski demikian, pengunjung bisa melihatnya dari taman dengan pemandangan jembatan versus sungai Kalimas. Sesekali bisa melihat wisata perahu yang lokasinya tak jauh dari jembatan. 

Berdasarkan referensi, disebutkan bahwa seandainya jembatan tersebut bisa diakses maka merupakan jalur menuju Gedung Grahadi bagian belakang. Sementara pada masanya, gedung belakang Grahadi yang sekarang, merupakan gedung bagian depan pada masanya tepatnya masa pemerintahan Belanda.

Megamati dari jembatan kayu, sudah terlihat rapuh. Bahkan andai dibuka pun dikhawatirkan membahayakan pelintas. Maka, perlu untuk pembenahan secara menyeluruh. 

Harapan sebagai warga kota Surabaya, untuk jembatan kayu gantung ini bisa dihidupkan kembali agar para wisatawan yang mengunjungi taman prestasi bisa merasakan pengalaman lebih, terlebih banyak warga kota banyak meninggalkan kenangan di jembatan kayu tersebut. 

Dahulukan Mana, Ilmu atau Adab?

ilmu atau adab
Ilmu atau adab?

Ilmu dan adab adalah dua hal berbeda tetapi ada bagian yang saling berhubungan. Ilmu umumnya lebih menitik beratkan pada cara berfikir dan rasionalis sementara adab lebih pada moral dan akhlak. Lalu, jika ditanya prioritas mana ilmu atau adab? 

Memiliki ilmu tentu merupakan capaian yang baik. Seseorang yang memiliki ilmu biasanya ia mengetahui banyak hal pada bidang tertentu sesuai yang ditekuni.

Sementara itu, orang yang beradab akan senantiasa menjaga sikap yang baik dan tentunya berakhlakul karimah. Salah satu bukti seseorang memiliki adab adalah ia akan menahan diri dari sifat maupun sikap tercela seperti berkata kotor, iri hati, dengki, dan suka mem-bully.  

Menghormati orang yang lebih tua juga menjadi acuan bahwa seseorang telah mendapatkan pendidikan karakter yang baik pula. Lalu, prioritas yang mana diantara keduanya?

Ilmu dan adab merupakan kompetensi diri yang standarnya harus tercapai, dalam arti keduanya sama-sama tercapai sehingga tidak bisa memilih antara keduanya. Antara adab dan ilmu harus sama-sama dimiliki.  

Namun, bagaimana jika datang pertanyaan, adab atau ilmu? Sikap, perilaku, maupun adab yang sering lebih diprioritaskan lebih dulu dari pada ilmu. Hal tersebut berdasarkan beberapa pendapat ulama. 
Imam Malik pernah berkata kepada salah seorang pemuda Quraisy tentang pentingnya mendahulukan adab sebelum mempelajari ilmu.

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”

Seperti yang dilansir pada laman alazharasysyarifsumut.sch.id, Sabtu (13/4), menjelaskan salah seorang alim yaitu Yusuf bin Al Husain mengatakan, “Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu”.

Selain itu, ada kata bijak berbunyi, “Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu”. Hal itu tersirat bahwa tidak akan berarti banyak jika berilmu tanpa diiringi dan dihiasi dengan adab atau sikap yang baik.

Perintah untuk bersikap baik ada di dalam Alqur’an dan hadist. Dalam hadist Shahih Bukhari, terdapat hadist yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW diutus kepada ummatnya tidak hanya sekedar membawa ajaran agama saja, melainkan adalah untuk menyempurnakan akhlaq.
  
Di era pendidikan jaman sekarang, ilmu pengetahuan tidaklah nomer satu untuk dicapai masing-masing siswa. Pendidikan karakter menjadi salah satu cara agar karakter yang ada pada diri peserta didik terus diberdayakan dan pada akhirnya menjadi individu yang bermanfaat bagi diri masing-masing dan orang lain. 

Maka tidak heran, di berbagai negara di dunia, anak-anak yang masih usia dini, baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah, mereka dididik agar bersikap baik, patuh terhadap peraturan, saling menghormati, dan sopan santun terhadap sesama termasuk peduli dan menyayangi lingkungan.

Merujuk pada pertanyaan, “Prioritas mana, ilmu atau sikap yang didahulukan?” Penulis ingin memberikan jawaban bahwa sikap atau adab adalah yang didahulukan. Sebab, di atas ilmu itu adalah adab atau pun perilaku yang baik-baik.

Dalam satu kasus, guru adalah tetaplah guru. Meski yang notabene sekarang murid jauh lebih alim dan berwawasan luas, maka tetaplah seorang murid harus menghormati gurunya. Pun orang tua, apa lagi orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya.