Memori Tentang Sepak Bola di Desa

Dulu saat kecil, Saya suka bermain bola bahkan menjadi salah satu olah raga favorit. Saya pun ikutan bermain bersama teman-teman. Buat Saya itu cukup menghibur dan menyenangkan. Sampai sekarang, Saya masih ada memori tentang bagaimana sepak bola di desa.
Sepak Bola di Desa
Foto Saat Anak-Anak Main Sepak Bola di Desa (13/06/2020) 
Semua orang pasti tau olah raga sepak bola. Jenis olah raga yang satu ini digemari masyarakat di seluruh dunia. Bahkan banyak yang bilang bahwa sepak bola merupakan alat pemersatu, mengapa tidak? Sepak bola banyak digunakan sebagai ajang kompetisi yang mempertemukan saudara baik dekat ataupun jauh.

Sama halnya di desa. Sepak bola di desa menjadi salah satu ajang ngumpul dan berolah raga bersama sambil menyambung silaturrahim, bisa antar teman bahkan antar desa. Menurut saya, tendensi saat bermain bola di desa itu tidak se serius pada umumnya tetapi untuk alasan just for funnya dapet banget.


Terbatasnya fasilitas sudah biasa ditemukan di desa tetapi bukan menjadi penghambat akan keseruannya saat bermain. Yang penting ada bola dan sedikitnya ada 3 pemain yang gemar main bola udah pasti jadi main meski mainnya cuma main atasan (bola dipantulkan ke udara).

Bola yang dimainkan kadang dimiliki secara pribadi. Yang punya bola biasanya dari kalangan berada, teman yang lain ikutan main. Sebelnya, kalau pas yang punya bola lagi gak mood atau disuruh pulang, bisa saja permainan dianggap selesai karna tak ada bola untuk dipakai.

Jika demikian terjadi, maka pinter-pinter teman lainnya untuk membujuk si yang punya bola agar dibolehin pinjem dengan dalih akan mengembalikan setelah permainan selesai.

Berbeda dengan pemain yang jumlahnya banyak, biasanya bola dibeli berasal dari patungan, ada lapangan tersendiri dengan luas lapangan yang mempuni. Rata-rata di setiap desa ada lapangan sepak bola yang demikian khusus pemuda-pemuda desa yang gemar main sepak bola.

Mainnya cukup sederhana tetapi menyenangkan meski gawang sederhana, tidak pakek sepatu, tidak ada wasit, tidak ada seragam, semua pakai insting siapa kawan dan siapa lawan atau juga terkadang kalau jumlahnya cukup banyak lepas baju separuh sebagai penandanya.

Aturan mainnya mencari anggota pemain yang sekitarnya seimbang secara keseluruhan. Pemain yang bertubuh kecil dan besar akan diratakan agar kekuatan pemain sama kuat sehingga diharapkan permainan bisa berjalan dengan seru.

Fleksible mainnya, ditengah permainan saja bisa tukeran main. kemampuan pemain sangatlah berbeda. Ada yang skillnya bagus dan ada juga skillnya yang cukup minim. Skill yang minim ini justru menjadi bahan tertawa baik untuk teman-temannya lain bahkan untuk dirinya sendiri.

Sementara saat tendensi permainan yang terbilang cukup seru, main kasarpun  sering terjadi. Akibatnya,  kaki pemain lawan menjadi salah satu jadi sasarannya. Ada bola, langsung dihajar, ditendang sekuat tenaga yang penting bola menjauh dari baris pertahanan.

Waktu paling pas untuk bermain sepak bola di desa itu adalah pada waktu sore hari sampai menjelang mau maghrib tiba. Seingat Saya waktu kecil ada saja salah satu orang tua yang tidak memperbolehkan main bola sampai maghrib. Oleh karenanya, saat bunyi qiraat menjadi penanda akhir waktu permainan.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar...