Kepribadian Saya Semasa Kecil

Kepribadian saya semasa kecil

Masa kecil merupakan masa di mana seseorang mulai mengenal dirinya sendiri. Melalui perilaku, kepribadian sudah bisa terlihat oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Nah, pada kesempatan kali ini saya akan mengingat sekaligus menceritakan tentang kepribadian saya semasa kecil.

Sebelum membahas itu, Saya juga ingin menanyakan tentang bagaimana kepribadian anda semasa kecil. Adakah perubahan kepribadian mulai dari kecil hingga dewasa? Apakah kepribadian itu bisa berubah? 

Benarkah Kepribadian Seseorang Bisa Berubah?

Melansir dari laman hellosehat.com, Carrol Dwek berpendapat bahwa kepribadian dibentuk dari kebiasaan atau perilaku seseorang. Kepribadian Melekat dimulai sejak kecil, namun faktor lingkungan dan pengalaman juga bisa berpengaruh sehingga kepribadian seseorang tidak bisa dianggap paten. 

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas sekaligus menceritakan bagaimana kepribadian saya semasa kecil. Cerita diambil berdasarkan momen yang masih saya ingat hingga sekarang. Berikut adalah gambaran kepribadian saya semacam kecil. 

Inilh 4 Kepribadian Saya Semasa Kecil

Pertama, sederhana. Sederhana itu saya sekali, jauh dari kata berlebihan. Makanan, pakaian, dan rumah semua sederhana. Saat saya bersekolah di SD uang saku saya antara dua ratus sampai lima ratus perak. Cukup untuk membeli es lilin dan gorengan.

Saat SMP, uang saku sebesar dua ribu lumayan bisa beli bakso porsi sedikit. Kalu pun pas kebetulan ada rejeki tambahan, saya membeli bakso di dalam pasarTanah Merah. Saat SMA anggaran saya sebesar enam puluh ribu harus cukup untuk satu bulan. Kadang jajan kadang tidak. Ngandok pun sekali-kali karena sudah sarapan dari rumah.

Pakaian kalau tidak sobek ya tidak beli. Kata orang Jawa nunggu sampai “mbulak” artinya warna bajunya sudah pudar. Kebanyakan juga pakaian yang saya pakai dulu dikasih orang.

Kedua, keingintahuan yang tinggi. Saat kecil, keingintahuan saya terbilang cukup tinggi. Sangat senang mendengarkan berbagai macam cerita, berita, dan bahkan sejarah. Maka tidak heran, salah satu mata pelajaran paling saya suka saat bersekolah adalah pelajaran sejarah.

Selain itu, saya termasuk orang yang suka observatif. Saya suka melihat orang membuat kerajinan tangan. Saya sering melihatnya dan setelah itu ada ketertarikan untuk mencoba dengan berkreasi membuat sesuatu berdasarkan seni saya miliki. Hasil tidaklah utama, yang penting saya berkreasi.

Aksi Kepribadian Saya yang Menggemparkan Banyak orang

Ketiga, butuh diperhatikan. Tidak dapat dipungkiri, masa-masa kecil adalah masa dimana perhatian sangat dibutuhkan. Jika tidak terpenuhi, maka tidak hanya menangis saja namun juga aksi-aksi di luar dugaan bisa saja terjadi.

Semasa kecil, ada satu momen di mana kami sekeluarga hendak tidur siang. Rupanya, saat itu saya merasa tidak mendapatkan porsi perhatian sesuai yang diinginkan sehingga aksi saya mungkin tidak terduga oleh siapa pun.

Saya langsung minggat ingin pulang ke rumah nenek dari keluarga ummi. Kebetulan, saat saya ngambek itu saya hanya main ke rumah nenek dari abi hanya sementara waktu. Akibat kekesalan itu, saya beraksi pulang seorang tanpa kendaraan, tanpa membawa uang, tanpa apa-apa. Sejauh kira-kira 30 km jauhnya saya berjalan kaki sambil merengek. Usia saya saat itu sekitar 10 tahunan.

Semua keluarga dan bahkan desa mungkin gaduh dengan peristiwa itu. Nenek dan abi mencari saya pulang selama saya diperjalanan. Sebenarnya peristiwa itu tidak saya inginkan bahkan saya cukup menyesalkan karena sebenarnya saya tidak mau merepotkan.

Keempat, tidak mau merepotkan. Saya benar-benar tipe orang yang tidak mau merepotkan orang lain apa lagi keluarga. Jadi sejak kecil memang saya dibesarkan dengan kehidupan yang sederhana. Orang tua jauh bekerja di luar negeri. Hanya tinggal bersama kakek dan nenek.

Saya pun tahu diri bahwa saya tidak boleh merepotkan bahkan meminta hal-hal yang berlebih-lebih karena saya tahu kemampuan mereka. Meski sederhana, saya merasa cukup bahagia.

Hal apa saja yang sekiranya saya bisa lakukan, saya lakukan sendiri. Dewasa ini saat saya butuh pertolongan kemudian tidak ada orang yang menolong maka saya tidak pernah kaget dengan hal itu karena saat ada satu jalan tertentu masih ada jalan yang lain. Demikian sedikit cerita terkait kepribadian saya semasa kecil.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar...