Meneladani Tokoh Buya Hamka

meneladani buya hamka
Foto Buya Hamka ; Meneladani Tokoh Buya Hamka 

Tokoh Nasional Indonesia cukup banyak dan masing-masing memiliki karakter dan intelektual berdasarkan latarnya. Kali ini, mengulas seorang tokoh nasional yang teladan ditandai dengan sikap-sikapnya yang terpuji semasa hidupnya, yaitu Buya Hamka.

Sekelumit tentang biografi Buya Hamka, beliau hidup sebelum era Kemerdekaan Republik Indonesia. Nama lain beliau adalah Abdul Malik Karim Abdullah. Lahir pada 17 Februari di Agam, Sumatera Barat. Sejak kecil, beliau oleh ayahnya diajari ilmu agama khususnya Al-qur’an.

Sebelum mendapatkan julukan buya, semasa remaja beliau gemar dan antusias dalam mencari ilmu, tidak hanya daerah indonesia saja melainkan juga mancanegara.

Selain ilmu agama. salah satu keahlian Buya Hamka lainnya adalah di bidang kepenulisan. Hal itu sesuai yang dilansir pada laman jeyjingga.com, Jum’at 14 April 2023. Tercatat, Buya Hamka pernah bekerja sebagai penulis di Majalah Pelita, Sumatera Utara.

Buya Hamka juga berkecimpung di dunia organisasi, khususnya dalam hal kepengurusan Muhammadiyah. Kariernya semakin maju setelah beliau dipilih sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1975 m.

Tersohornya beliau tidak lepas dari kiprah dan sikapnya yang baik dan patut kita teladani. Lalu, sikap apa saja yang bisa kita teladani dari Buya Hamka? Adapun nilai-nilai teladan dari seorang Buya Hamka tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

Pertama, tidak mudah putus asa. Meski kondisi orang tuanya tidak bersama lagi, beliau tetap optimis menjalankan hidup penuh semangat. Selalu menghabiskan waktu dengan tanpa sia-sia. Produktif di setiap kesempatan.

Kedua, semangat berkarya. Melalui kemampuan yang beliau miliki yakni di bidang kepenulisan, karya tulis berjudul “Di Bawah Lindungan Ka’bah” menjadi salah satu karya tulis fenomenal Buya Hamka di jamannya dan bahkan sekarang.

Ketiga, tabah. Sikap tabah ditunjukkan oleh Buya Hamka semasa hidupnya. Pada tahun 1964 paska Indonesia Merdeka, beliau justru dipenjarakan oleh eks Presiden Soekarno karena dianggap bersekongkol dengan negara Malaysia. Meski tidak pasti kebenarannya, Buya Hamka menghadapi segala sesuatunya dengan sikap tabah.

Keempat, memiliki kepribadian yang ikhlas. Pada masanya, buya Hamka pernah ditunjuk sebagai ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia). Dalam menjabat itu, beliau menunjukkan sikap ikhlasnya dengan tidak mau diberi gaji. Artinya, selama itu kepentingan untuk ummat maka prioritasnya adalah semata karena Lillahi Ta’ala. Wallahu A’lam.

Kelima, pemaaf. Bagi seorang Buya Hamka, untuk sekedar berbuat baik tidak memperhatikan kepada siapa harus berbuat baik. Beliau  tidak peduli apakah orang tersebut berbuat baik atau bahkan memusuhinya. Sehingga berbuat baik kepada orang lain adalah prioritasnya sebagai seorang hamba

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar...