Beberapa waktu yang lalu pada Ahad (8/6) penulis melakukan kegiatan donor darah di Grand City Mall Surabaya. Di sela-sela antrian, ada penyuluhan internal dari petugas terkait, dimana mereka memaparkan sekaligus menginformasikan tentang apa itu vegan.
Sebelumnya, di lokasi, para calon pendonor diberikan sebuah kipas tangan dan sebuah buku panduan vegan untuk pemula. Di waktu lengang, salah satu petugas datang dan meminta sedikit waktu untuk sekedar menjelaskan seputar vegan.
"Masnya, pernah mendengar apa itu vegan?" tanya salah satu petugas perempuan dari tim vegan.
Penulis pun menjawab, "Maaf, saya belum pernah mendengarnya. Baru kali ini saya mendengar kata "Vegan".
Selanjutnya petugas memberikan informasi kepada saya seputar vegan secara rinci.
Sambil menggunakan buku dan kipas tangan yang telah bertulis, petugas menjelaskan yang intinya adalah kita diajak menjadi seorang vegan yang bisa menciptakan perdamaian yang pada akhirnya penting untuk diri sendiri, satwa, dan juga bumi.
Hal tersebut merupakan bentuk sikap melindungi generasi sekarang hingga masa-masa yang akan datang. Ajakan Menjadi Vegan, Setujukah?
Gerakan vegan berasal dari asosiasi internasional maha guru Ching Hai. Gerakan ini mengajak segenap warga untuk menjaga pola makan yang sehat dan penuh kasih. Kira-kira apa alasannya?
Berdasarkan buku panduan vegan untuk pemula, telah diterbitkan oleh Worldwatch yang bisa disimpulkan bahwa lebih dari 51% emisi gas rumah kaca berasal dari peternakan. Hal tersebut tentu selain alasan alam berupa iklim.
Dengan menjadi vegan, meminimalisir bahkan tidak lagi mengonsumsi hal-hal yang berbau peternakan misalnya daging sapi, ayam, ikan, dan babi.
Baca juga : Alhamdulillah, Momen Donor Darah Dapet Kaos
Jika terus mengonsumsinya, itu artinya membuka peluang adanya praktik-praktik yang merugikan.
Adapun contoh praktik yang berefek pada gas rumah kaca misalnya adanya pengundulan hutan hujan untuk menanam pakan ternak, adanya metana yang disebabkan oleh kotoran peternakan, pemeliharaan dan penyembelihan satwa, dan pendinginan dan transportasi daging di seluruh dunia.
Semua diharapkan beralih ke makanan nabati seperti buah-buahan, biji-bijian, polong-polongan, sayuran, dan susu nabati.
Menurut penulis, ajakan ini sangat baik bahkan disertai dengan penelitian-penelitian yang representative. Langkah ini jika dilakukan juga baik untuk kesehatan dan lingkungan.
Bagi yang memiliki pandangan yang kontra terhadap langkah ini, penulis menyadari hal itu sebuah kewajaran. Namun adanya pandangan ini tentu bisa dijadikan referensi bersama untuk direnungkan dan dikomunikasikan lebih lanjut.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar...