Asal Usul Masjid Agung Bangkalan

Masjid Agung Bangkalan merupakan jejak bangunan dari pada bekas masjid kerajaan Bangkalan Madura pada masanya. Hingga tidak heran masjid ini menjadi salah satu cagar budaya yang ada di kota Bangkalan. Masjid yang berlokasi tepat berada di tengah kota Bangkalan ini kaya akan cerita pasalnya masjid ini ada sejak jamannya pemerintahan kerajaan, kesultanan, kadipaten hingga seperti saat sekarang.
Masjid Agung Bangkalan
Gambar Masjid Agung Bangkalan (22-06-2019)
Pernah suatu ketika aku pernah shalat di Masjid Agung Bangkalan. Apabila kita membawa kendaraan, kita bisa langsung dapat memarkirkan kendaraan di depan masjid pun ada penjagaan yang siaga memantau pengunjung tidak ada salahnya kita menganggukkan kepala kita sembari tersenyum meminta ijin masuk dan akses jalan untuk memarkirkan kendaraan.

Begitu memasuki halaman masjid, kita akan disuguhkan dengan bangunan masjid yang tinggi itu menjadi salah satu aspek dari kemegahan masjid ini dan dilengkapi juga dengan 2 menara didepan masjid menjadi ciri khas Masjid Agung Bangkalan. Selain itu, kita bisa melihat pemandangan indah Taman Paseban dan Alun-Alun Bangkalan yang berada persis di depan masjid.

Bagi pengunjung yang hendak mengambil wudhu, tempat wudhu pria akan berada di sebelah kiri sedangkan untuk perempuan di sebelah kanan. Setelahnya kita bisa melakukan shalat di dalam masjid ataupun di serambi masjid, namun jika memilih didalam masjid, kita akan dapat melihat secara detail pada bagian dalam masjid yang sangat identik dengan kayu dengan ukiran, lampu hias, dan tulisan kaligrafi  membuat masjid ini semakin menunjukan diri akan keagungannya.

Jika kita perhatikan dari interior bangunan itu, kita secara langsung pikiran kita akan diarahkan pada sebuah bangunan kerajaan tempo dulu sebelum Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan cerita atau referensi yang aku dapatkan, dulu sekali berdiri sebuah pusat kerajaan yang ada di kota bangkalan yang dipimpin oleh Pangeran Tjakraadiningrat ke IV dengan nama asli Tumenggung suroadiningrat pada tahun 1718 Msampai 1745.

Pada pemerintahannya, kerajaan di kota Bangkalan sudah sangat berkembang pesat hingga ke beberapa wilayah di Jawa Timur. Hingga suatu ketika yang pada saat itu merupakan masa dimana Belanda menjajah Indonesia, kerajaan Bangkalan ini mencoba untuk menghancurkan belanda namun usaha itu belum berhasil.

Akibat dari pada kekalahan perang itu membuat Pangeran Tjakraadiningrat ke IV diasingkan ke pulau Robben Island yang berada di negara Afrika Selatan hingga akhir hayatnya. Pulau itu menjadi salah satu pulau yang dikenal dengan pulau penjara dan menjadi tempat pengasingan terutama untuk tahanan politik pada masanya.

Di masa hidup beliau, meskipun berada di dalam penjara, Pangeran Tjakraadiningrat ke IV disana cukup disegani sebagai seorang Muslim yang taat Beliau mengajarkan ajaran Agama Islam dan terutama dalam membaca kitab suci Al-Quran. Sekarang makamnya berada di pulau tersebut, pulau Robben adalah sebagai tempat persinggahan terakhir. Disana beliau dikenal sebagai Syech Madura dan dikenang sebagai orang pertama yang membaca kitab suci Al-Qur’an di Afrika Selatan.

Sepeninggalan beliaupun, kerajaan Bangkalan terus dilanjutkan namun terjadi pemindahan yang awalnya berlokasi di desa  sembilangan dipindahkan ke Kraton Bangkalan pada tahun 1747 oleh Tjakraadiningrat ke V dan dilanjutkan Tjakraadiningrat ke VI dan VII. Pemindahan Lokasi ini maka terbangunlah Masjid Agung Bangkalan untuk pertama kalinya.

Bergulirnya waktu, pemerintahan kerajaan ini diganti dengan pemerintahan kesultanan yang dipimpin oleh Sultan R. Abd. Kadirun pada tahun 1847 dari sinilah Masjid Agung Bangkalan mulai mengalami perbaikan bangunan beberapa kali namun tidak mengubah akan keaslian dari bangunan itu hingga nampak Bangunan Masjid Agung Bangkalan seperti yang sekarang ini.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar...