Peringatan Maulid Nabi Ala Desa

Maulid Nabi Desa
Aneka Buah Menjadi Fakta Unik pada Peringatan Maulid Nabi Ala Desa

Salah satu bulan hijriyah paling istimewa bagi umat agama Islam adalah bulan Rabi’ul awal, merupakan bulan kelahiran nabi Muhammad Shallallahu A’laihi Wasallam, tepatnya tanggal 12 di setiap tahunnya. Umat Islam merayakan hari kelahiran nabi atau orang sering menyebutnya Maulid Nabi. 

Ada sejumlah kegiatan dilakukan untuk mengenang hari lahir nabi diantaranya adalah pembacaan shalawat, tausiyah, dan bahkan ada yang menyelenggarakan lomba yang bersifat keagaman misalnya lomba tartil, adzan, shalawat, dan lain sebagainya.  

Letak geografis mempengaruhi kebiasaan umat Islam merayakan Maulid Nabi. Selain itu, pemahaman yang berbeda juga ikut mempengaruhi adanya kegiatan seperti ormas Islam di Indonesia, baik NU maupun Muhammadiyah.  

Menilik dari laman NU Online, Kamis (25/1), peringatan maulid nabi tidak serta-merta diselenggarakan oleh umat agama Islam secara menyeluruh. Hal tersebut dipengaruhi oleh pandangan-pandangan ulama terdahulu, bahwa ada yang memperbolehkan dan bahkan ada yang tidak memperbolehkan. 

Bagi yang memperbolehkan, berdasarkan pendapat Imam al-Suyuthi, kegiatan merayakan maulid nabi justru mendatangkan pahala karena dalam pembacaan shalawat yang dibacakan, misalnya dalam kitab ‘Barzanji’, di dalamnya terdapat shalawat, mengagungkan derajat nabi, dan bahkan membacakan sejarah hidup nabi. 

Al Imam Jalaluddin Assuyuthi yang notabene bermadzhab Syafi’i, juga menjelaskan bahwa kegiatan memperingati maulid merupakan bid’ah hasanah, sehingga bagi siapa saja yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala. Karena mengagungkan nabi serta mengekspresikan rasa senang atas kelahiran nabi. 

Sementara itu, ormas Muhammadiyah menegaskan bahwa memperingati maulid nabi dikategorikan sebagai ijtihadiyah yang berarti tidak ada anjuran maupun larangan. Jika ada, maka harus lebih kepada kemaslahatan umat seperti mengadakan kegiatan pengajian untuk tujuan meneladani, utamanya akhlaqul karimah nabi. 

Merujuk pada paragraf kedua diatas, setiap daerah bisa berbeda dalam hal memperingatinya. Dalam hal ini, penulis memberikan satu contoh kegiatan peringatan maulid nabi Muhammad di daerah Bangkalan, tepatnya di dusun Tambak Agung, Tanah Merah Laok, Kab. Bangkalan. 

Peringatan Maulid nabi bisa diselenggarakan dalam rentan satu bulan, terhitung sejak awal sampai akhir bulan Rabi’ul Awal. Adapun rinciannya adalah awal bulan memperingatinya di institusi atau lembaga sesuai dengan keanggotaannya. 

Misalnya, seorang santri yang mengaji di langgar, mushala atau pun di masjid, biasanya mereka merayakannya dengan membaca shalawat bersama-sama. Puncaknya pada tanggal 12 Rabi’ul Awal diselenggarakan di Masjid kampung bersama-sama. 

Bagi masyarakat yang mampu, mereka memperingati maulid nabi dengan mengundang kerabat dan tetangga untuk sekedar membaca shalawat bersama-sama. Mereka pun memberikan suguhan sesuai kemampuan. Bagi yang mampu, mereka juga memberikan sebagian rizki berupa uang.

Hal tersebut dilakukan untuk semata shadaqah keluarga dan memeriahkan peringatan maulid. 

Uniknya, dalam perayaan maulid identik dengan aneka suguhan berupa aneka buah-buahan. Banyak orang menyebutnya sebagai simbol syukur kepada Allah atas hasil bumi. Ada yang menyebutnya sebagai simbol kebahagiaan, dan bahkan sebagai gambaran makmurnya segala bentuk pangan saat lahirnya nabi Muhammad  Shallallahu A’laihi Wasallam pada masanya.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar...