Perjalanan ke Makam Sultan Abdul Kadirun

makam Sultan Abdul Kadirun
Makam Sultan Abdul Kadirun (10/05/21)

Mempelajari sekaligus mengenang orang terdahulu khususnya para leluhur banyaklah cara, salah satunya adalah dengan mendatangi petilasan atau pun makam seperti yang Saya lakukan beberapa waktu yang lalu Senin (10/05/2021).

Pada kesempatan tersebut, Saya menyempatkan diri untuk datang sekaligus berziarah ke makam raja yang ada di kabupaten Bangkalan yaitu makam Sultan Abdul Kadirun. Lokasi makam berada di kompleks pemakaman Masjid Agung Bangkalan di daerah Demangan Barat, Bangkalan, Madura.
 
Kesempatan berziarah kala itu merupakan kesempatan pertama bagi Saya seorang diri. Selain untuk mendo’akan, hal penting lainnya adalah menggali informasi terkait sejarah para raja yang pernah memerintah di kota dzikir dan shalawat, sebutan kota Bangkalan akhir-akhir ini.

Berangkat dari kota Surabaya, Saya menggunakan kendaraan roda dua dan untuk memudahkan sampai ke lokasi, Saya menggunakan google maps yang ada di Smartphone. Cukup membantu, namun sayang seribu sayang petunjuk yang diberikan mendekati tetapi menemui jalan buntu.

Agar kesalahan itu tidak terjadi kepada Anda, maka Saya memberikan tips agar supaya Anda bisa menentukan lokasi tujuan. Caranya adalah ketikkan “Masjid Agung Bangkalan” sebagai tujuan lokasi di google maps Anda karena peziarah makam akan melalui halaman masjid tersebut termasuk lahan parkir available di sana.

Petunjuk agar sampai ke makam Sultan Abdul Kadirun akan cukup membantu kita. Persisnya ada di samping barat masjid Agung Bangkalan. Sebelum masuk ke area makam peziarah akan disarankan untuk melepas alas kaki karena di modif sebagai pemakaman yang bersih terawat.

Ha-hal yang berbau tentang kerajaan cukup terasa ketika masuk di area pemakaman, termasuk rasa takjub dirasakan setelah melihat bentuk-bentuk batu nisan yang sebagian bermahkotakan kerajaan dan juga ukiran-ukiran yang bernuansakan islami.

Selain itu, makam kerajaan berada di bawah bangunan layaknya pendopo. Hal itu membuat para pengunjung maupun peziarah akan merasa nyaman berada di dalamnya. Adem dingin berasa berada di ruang ber-AC.

Tersedia di sana sejumlah Mushaf berupa Al-quran dan juga haikal bagi para peziarah yang ingin melantunkan dzikir dan juga ayat kitab suci Al-qur'an. Kita di sana juga akan menjumpai silsilah keturunan para raja di Madura Barat tersebut.

Di Kompleks Pemakaman Sultan Abdul Kadirun terdapat banyak makam dan makam-makam tersebut masih satu baris keturunan dengan makam Sultan. Tak ayal, sejumlah makam yang pernah memerintah pada masa kerajaan Abdul Kadirun, termasuk keluarganya ada di sana.

Tak ayal, sebagai eks kerajaan cukup besar pada abad 18an tersebut, pemakaman kerajaan Abdul Kadirun cukup dikramatkan. Hingga saat ini, cukup baik secara penataan, bangunan, dan juga kebersihan.

Terkait tentang sejarahnya, berdasarkan yang dilansir pada laman www.pulaumadura.com, bahwa semasa hidupnya, Sultan Abdul Kadirun merupakan salah satu raja Bangkalan yang memerintah pada tahun 1815-1847 masehi. Sebelum menjadi raja, ia menyandang gelar sebagai Cakra Adiningrat II.

Ia baru dinobatkan pada usia 37 tahun. Penobatannya dilakukan setelah wafat baginda raja bernama Abdurahman sebagai Cakra Adiningrat I yang sempat memerintah pada tahun 1780-1815 masehi.

Lebih lanjut, sejarah mengatakan bahwa sosok mulia, Raden Maulana Abdul Kadir, sebutan lain Sultan Abdul Kadirun adalah penggagas berdirinya masjid Agung Bangkalan. Sejak muda, ia juga terkenal akan taktik sekaligus strategi perang.

Sayangnya, saat pemerintahannya berada di bawah kendali Hindia Belanda. Namun segala keistimewaannya, ia dihormati dan disegani maka tidak heran ia sering kali diminta mementori sejumlah pasukan ke medan perang seperti melawan british troops dan beberapa kerajaan baik di Jawa-nonJawa.

Keberhasilan sejumlah peperangan yang ditengahi oleh Sultan Abdul Kadirun, menuai pujian. Ia pun mendapatkan apresiasi pada jaman Hindia Belanda. Sejumlah hadiah pun ia dapatkan. 

Beberapa keberhasilan dalam perang meliputi perang Ciligcing di Batavia pada tahun 1881 masehi, perang di Cirebon pada tahun 1886 masehi, dan pemadaman pemberontakan Sultan Bone di Sulawesi pada tahun 1824 masehi. Demikian sedikit cerita terkait perjalanan menuju makam dan sedikit sejarah Sultan Abdul Kadirun.

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar...